Bertema ‘Kreativitas, Produktivitas, Kualitas, dan Ikhlas’, raker ini terkemas dalam workshop seven habits.
Proaktif hingga Win-Win Solution Mindset
Dalam workshop ini, Nina, sapaan akrabnya membahas ‘Tujuh Kebiasaan yang Sangat Efektif’ dalam menjalankan hal-hal yang paling penting. Tujuh Kebiasaan ini dapat meningkatkan efektivitas kita secara personal dan profesional.
Ia mengatakan, Seven Habits of Highly Effective People sendiri berasal dari buku dengan judul yang sama karya Stephen R. Covey dan terbit pertama kali pada 1989.
“Buku ini kemudian dijadikan basis pelatihan yang diselenggarakan oleh Dunamis Organization Services,” katanya.
Dari Seven Habits of Highly Effective People, lanjut dia, yang pertama adalah Kebiasaan Satu, alias menjadi proaktif. “Kita membuat perencanaancan tanggungjawab atas diri kita” ujarnya.
Kebiasaan Dua, Mulai dengan Tujuan Akhir. “Kita membuat visi pribadi, mengidentifikasi nilai diri, dan memasukkan peryataan misi pribadi,“ katanya.
Ia menambahkan apa yang terjadi jika tidak melakukan upaya sadar untuk memvisualisasikan siapa diri dan apa keinginan dalam hidup “Maka kita memberdayakan orang lain dan keadaan untuk membentuk kita dan kehidupan kita secara otomatis,” terangnya.
Selanjutnya, Kebiasaan Tiga adalah Mendahulukan yang Utama. Pada kebiasaan ini, penting untuk Fokus pada prioritas utama, contohnya dengan membuat rencana setiap pekan.
“Mendahulukan yang utama berarti mengatur dan melaksanakan prioritas terpenting kita. Hidup dan didorong oleh prinsip-prinsip yang paling kita hargai, bukan oleh agenda dan kekuatan di sekitar kita,“ katanya.
Dalam kebiasaan tiga ini, lanjut Nina, ada empat kuadran manajemen waktu.
“Kuadran satu yaitu mendesak dan penting. Kuadran dua, tidak mendesak tapi penting” terangnya. Selanjutnya ada juga Kuadran tiga, mendesak tapi tidak penting. Serta kuadran empat, tidak mendesak dan tidak penting.
Melalui metode kuadran ini, menurut Nina, kita bisa tahu sebenarnya mana tugas yang harus segera terlaksana dan mana yang tidak secara keseluruhan.
Kebiasaan Empat, Berpikir Menang-Menang. “Kita bisa berkolaborasi secara lebih efektif dengan membangun hubungan saling percaya yang tinggi,” ujarnya.
Memahami-Dipahami, Sinergi, dan Mengasah Gergaji
Kebiasaan Lima, Komunikasi Efektif. “Berusaha memahami terlebih dahulu, baru dipahami,” ucapnya.
Dalam kebiasaan ini, lanjut dia, merupakan prinsip abadi yang sangat penting untuk tersampaikan kepada anak-anak. “Hal ini mengajarkan mereka untuk percaya diri ketika berbicara dengan orang lain. Serta mengajarkan mereka tentang pentingnya mendengarkan orang lain ketika berbicara,” jelasnya.
Kebiasaan Enam, Mewujudkan Sinergi. “Dengan bersinergi, kita bisa mendapatkan hasil yang jauh lebih baik dibandingkan jika bekerja sendiri-sendiri,” katanya.
Sinergi, lanjutnya, memungkinkan menemukan hal-hal yang jarang kita temukan sendiri. “Untuk mempermudah bersinergi, kita perlu membentuk tim yang hebat di dalamnya,” tambahnya.
Terakhir, Kebiasaan Tujuh, Mengasah Gergaji. Kebiasaan pembaruan diri sehari-hari. “Program pembaharuan diri yang seimbang dalam empat bidang kehidupan kita, seperti, fisik, sosial atau emosional, mental, dan spiritual” ujarnya.
Ia menambahkan, dengan mengasah gergaji akan membuat seseorang tetap segar. “Sehingga kita dapat terus mempraktikkan enam kebiasaan lainnya,” tandasnya.
Kepala Sekolah Kreatif SDM 16 Surabaya, Suyono SSi mengatakan, fokus utama workshop ini adalah perubahan mindset (pola pikir) dan habits (kebiasaan) menjadi lebih baik.
Sekolah Kreatif Baratajaya disebut-sebut menjadi Sekolah pertama di Surabaya yang melaksanakan pelatihan 7 Habits bagi guru dan tenaga kependidikan.